kelinci, bnyak yang bilang kelinci itu ga bakaln ngasilin pendpatn yang gde,, tpi salah karean kelinci it jka serius ngolahnya maka ga nanggung2 hasilnya,,, hanya saja beberapa mngeluhkan terhadap kebiasaan kelinci yng rentan mati,,, selain itu pemasaan kelinci yng jika dpandang sebelh mata ga da menjanjikan pemasarannya ,, namun sebenernya salah orang yang berpndangan sperti itu.. nah berikut saya coba share tentng tips beternak kelinci yang baik ...
Pertama, mengetahui secara luas dan mendalam tentang seluk-beluk kelinci. Dunia perkelincian tidak bisa dikenali cukup dengan satu dua bacaan, apalagi sekedar infomasi lewat telpon/sms seperti kebanyakan orang. Kita jangan sok praktis dengan bertanya sekali dua kali atau hanya melihat satu dua peternakan lantas berkata, “aku bisa menjalankan usaha.” Sikap sok tahu ini sebenarnya milik orang bodoh. Akan lebih baik jika mula-mula sebelum banyak bertanya kepada orang kita membaca buku kelinci secara lengkap, termasuk buku yang membicarakan bisnis dan pemasarannya. Kenapa demikian? sebab setiap orang pasti akan bertanya, kemana menjualnya? harganya berapa? dan seterusnya. Kebanyakan orang kita masih awam dalam hal ini. Supaya cerdas dan memperoleh ilmu secara cepat sebaiknya membaca buku panduan terlebih dulu. Ini lebih efektif dan murah dibanding banyak bertanya lewat telpon maupun datang jauh-jauh ke peternak. Orang bodoh bilang, harga buku mahal, dan karena itu lebih suka menghabiskan pula atau plesiran dengan biaya tinggi. Sementara orang pinter bilang, harga buku murah karena dengan beberapa buku ia akan dapatkan ilmu pengetahuan yang luas.
Kedua, setelah membaca buku barulah kemudian studi lapangan datang langsung ke peternak, syukur langsung magang. Dengan bekal pengetahuan teori dari buku, kita akan bisa membenturkan antara teori dengan praktik. Harus disadari pula bahwa pengetahuan yang baik selalu memakai pendekatan antara teori dan praktik secara bersamaan. Buku memang tidak menjamin pengetahuan praktis sebab buku hanya memberikan pedoman. Ini kebanyakan buku-buku di Indonesia yang memang tipis-tipis. Karena itu tidak ada salahnya membeli buku dalam jumlah beberapa jenis sebagai studi perbandingan. Dari situlah nanti kita akan dibuat bingung karena perbedaan. tetapi percayalah ini hanyalah fase awal. Fase kedua adalah praktik dan konsultasi pada peternak handal yang bisa menjelaskan secara ilmiah. Jangan asal percaya kepada rumus yang tidak ilmiah. Tanyalah alasan-alasannya secara logis. Sama seperti pada buku, materi di dalamnya mesti kita uji apakah masuk akal atau tidak. Misalnya dalam hal kelinci boleh minum atau tidak. Apakah masuk akal makhluk hidup tidak boleh diberi air minum? Dalam hal etika juga berlaku begitu. Apakah etis jika sebuah buku untuk orang Indonesia memperbolehkan pemotongan kelinci dengan cara memukul kepala atau memelintir leher? Kita orang timur, mestinya memakai budaya yang sesuai masyarakat kita. Akhirul kalam, buku juga harus kita kritisi.
nah yng lebih penting adalah pantang menyerah,, karean dlam berusaha biasanya da ujiannya,,, so teruslah belajar semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar